Nama : Adhilla Destilia Ramadhani
NIM : 21/477794/KH/10906
Waspada Terhadap Penyakit Equine Infectious Anemia Pada Kuda di
Indonesia –
Ternak kuda sudah sangat popular di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda. Saat itu,
pemerintah Hindia Belanda memperioritaskan pemeliharaan kuda sebagai kavaleri atau
kendaraan perang. Kuda sering digunakan sebagai kuda pacu (Race horse) dan non race horse.
Saat ini, kuda merupakan komoditas yang menarik di dunia pertandingan kuda, baik untuk
pacuan maupun ketangkasan kuda. Kuda juga dikenal sebagai hewan yang mempunyai nilai
jual tinggi di pasaran. Nilai jual kuda dapat ditentukan berdasarkan mutu genetic dan Kesehatan
kuda.
Oleh karena itu, Kesehatan kuda perlu sekali diperhatikan, dari mulai managemen pakan, managemen
kandang, managemen penyakit, exercise pada kuda, serta grooming. Kesehatan kuda menjadi
hal yang sangat riskan karena dapat mempengaruhi nilai jualnya. Beberapa penyakit yang
penting pada kuda diantaranya Equine Infectious Anemia (EIA), Glanders, Sura, Japanese
Encephalitis (JE), Hendra, Nipah, West Nile, Strangles, Equine Influenza, Vesicular stomatitis,
Equine encephalitis, Rabies, African Horse Sickness (AHS), Equine pyroplasmosis dan
Anthrax (OIE. 2016).
Penyakit Equine Infectious Anemia (EIA) sebelumnya dikenal sebagai Swamp Fever.
Penyakit Equine Infectious Anemia (EIA) disebabkan oleh EIA Virus (EIAV). Virus ini masuk
genus Lentivirus dalam subfamily Orthoretrovirinae, family Retroviridae (OIE 2013; Sellon
dan Long 2014). Kelompok genus Lenticirus meliputi : Bovine Immunodeficiency Virus I,
Human Immunodeficiency Virus 2 dan Maedi/Visna Virus. Virus genus Lentivirus
menyebabkan infeksi persisten dan penyakit lambat yang sering berakibat kematian.
EIAV hanya ada pada kuda. Kuda terinfeksi adalah sumber penting transmisi EIAV ke
kuda lainnya. Kuda yang terinfeksi EIAV, sepanjang hidupnya, darahnya akan terus
menularkan agen penyakit. Serangga penghisap darah adalah cara utama penularan secara
alami. Serangga penghisap darah adalah cara utama penularan secara alami. Serangga yang
merupakan vektor penting untuk transmisi secara alami yaitu lalat kuda (Tabanus spp. dan
Hybomitra spp.) dan lalat rusa (Chrisops spp.), keduanya merupakan anggota keluarga
Tabanidae. Lalat lain yang menularkan EIAV adalah Stomoxys carcitrans.
Infeksi EIAV sering menyerang bangsa kuda dari famili Equidae, terutama kuda bagal
(mules) dan keledai. Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi dari EIAV dapat berupa gejala klinis,
klinikopatologi, dan kelainan patologis hingga kematian. Gejala klinis yang muncul antara lain
demam, perdarahan submukosa, perdarahan dari luka, tidak nafsu makan dan edema. Pada saat
demam, sering diikuti dengan inkoordinasi, dan dapat menjadi koma dan mati.
Diagnosis penyakit EIA dapat dilakukan dengan mengamati gejala klinis, pemeriksaan
serologis, patologis, virologis dan mengamati epidemiologi penyakit. Infeksi EIA sulit
didiagnosis hanya berdasarkan gejala klinis, karena tidak spesifik dan patognomonik. Oleh
karena itu uji serologis sangat diperlukan. Pengujian serologis pre ekspor untuk mendeteksi
kuda seropositive yang harus dilakukan dan direkomendasikan oleh OIE (2013) untuk penyakit
ini yaitu menggunakan Agar gel imunodifusion test (AGID) dan enzyme-linked immunosorbent
assay (ELISA).
Pencegahan dan pengendalian penyakit EIA harus diiringi dengan teknologi deteksi.
Karantina merupakan alat kontrol infeksi EIA, dilanjutkan dengan penetapan diagnosa EIA
yang komprehensif melalui pengamatan epidemiologi, gejala klinis, pemeriksaan pathologis
dan pemeriksaan serologis. Penyakit EIA disebabkan oleh virus, sehingga vaksinasi merupakan
cara yang efektif untuk pencegahan. Pengobatan biasanya diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder yang dapat memperparah kondisi kuda. Selain itu, penyebaran EIA
dapat dikontrol dengan memisahkan lokasi untuk kuda yang terinfeksi dan yang belum
terinfeksi dengan jarak aman 200 meter. Pemisahan dengan jarak tersebut dapat memutus rantai
penularan melalui vektor mekanis lalat.
Sektor equistrian memiliki faktor risiko tertinggi bagi penyebaran penyakit EIA melalui
lalu lintas atau pergerakan kuda. Infeksi EIA masih bersifat eksotis bagi Indonesia, sehingga
bila masuk ke Indonesia akan berdampak sangat signifikan baik dari aspek ekonomi maupun
kesehatan ternak. Untuk itu pengendalian penyakit EIA perlu dilakukan seperti penerapan
kebijakan terkait pemasukan kuda, diagnosis yang akurat, monitoring penyakit kuda melalui
surveilans, serta penerapan biosekuriti baik di peternakan, lokasi pertandingan berkuda dan di
klinik veteriner kuda, perlu dilakukan agar masuknya penyakit EIA dapat diantisipasi sedini
mungkin
Manajemen Ternak Domba dan Kambing di JJ Stable Jogjakarta
Manajemen ternak domba dan kambing dapat dibagi menjadi manajemen pakan,
manajemen kesehatan, dan manajemen kandang. Adanya manajemen ternak domba dan
kambing ini diharapkan dapat mengontrol tumbuh kembang domba dan kambing dengan baik.
Sistem ternak di JJ Stable adalah breeding.
Jenis domba yang ada di JJ Stable Jogjakarta terdiri dari domba Garut, domba Merino,
domba ekor gemuk, dan domba ekor kurus. Sedangkan jenis kambing yang ada di JJ Stable
Jogjakarta terdiri dari kambing kacang.
Pemberian pakan pada domba dan kambing di JJ Stable Jogjakarta diberikan 3 kali
sehari, yaitu pada pukul 7 pagi dengan pemberian makanan berat, pada pukul 12 siang dengan
pemberian rumput, dan pada pukul 5 sore dengan pemberian rumput.
Pakan yang digunakan di JJ Stable: pakan fermentasi hijauan dengan mencampurkan
kangkung kering 70%, ampas tahu 25%, dan konsentrat dedak 5%; pakan fermentasi campuran
rendeng kedelai/hijauan, bekatul, ampas tahu, kulit ari jagung, dan disemprot mikroba
(campuran router, gula aren, dan terasi); pakan campuran ponggok ketela, kulit kopi, kulit ari
jagung, dan mineral; serta terdapat pula rerumputan segar hasil mengarit.
Manajemen Kesehatan dan penyakitnya dilakukan dengan penyuntikan vitamin secara
rutin, pengobatan oleh dokter hewan dari puskeswan, serta pemandian domba dan kambing
secara teratur. Untuk domba dan kambing yang sakit juga diletakkan secara terpisah dengan
domba atau kambing yang sehat.
Kandang yang digunakan pada JJ Stable Jogjakarta adalah kandang campuran antara
litter dan panggung. Kandang di JJ Stable terdiri dari kandang pejantan, kandang betina,
kandang bunting, serta kandang isolasi untuk hewan yang sakit.
Manajemen Pemeliharaan Kuda di JJ Stable Jogjakarta
Perawatan pada kuda terbilang cukup rumit, seperti grooming, exercise, manajemen
pakan, manajemen kandang, serta manajemen Kesehatan dan penyakit. Di JJ Stable ada 8 kuda,
yaitu Messy, Muna, Melly, Robicon, Mariam, Mazda, Maimun, dan Mita. Kuda di JJ Stable
merupakan jenis Saddle Wood dan Kuda G.
Pada perawatan Grooming dilakukan setiap pagi dan sore. Alat-alat yang digunakan
saat grooming adalah curry comb, hoof pick, dandy brush, handy brush, dan sisir ekor. Untuk
merestrain kuda menggunakan alat yang bernama halter.
Exercise dilakukan setiap pagi dan sore. Exercise pada kuda terbagi menjadi 4 tingkatan
yaitu walk, trot, center, dan gallop. Saat kuda ditunggangi, kuda harus dipakaikan bridle. Pada
bridle terdapat ring/tali kekang, nose band, dan bit. Sedangkan pada punggung terdapat snaple
double jointed, dipele, sadle pad, sadle, tali ulur, dan tali perut.
Manajemen pakan dilakukan dengan pemberian campuran pakan brand, vital, dan red
mil sesuai dengan kebutuhan dan selera masing masing kuda. Untuk kebutuhan kalsium, JJ
Stable memberikan Gamma Bone sebagai nutrisi tambahan. Kuda juga sangat menyukai wortel
sebagai suplemen. Pemberian pakan pada kuda dilakukan sebanyak 4 kali yaitu pagi, siang,
sore dan malam. Air minum yang diberikan secara adlibitum.
Kandang yang digunakan di JJ Stable adalah kandang basah, menggunakan serbuk
Jerami sebagai alas. Kandang kuda dibuat secara individu yaitu satu kuda satu kandang.
Terapat juga peddock untuk kuda berlatih. Kuda tidak selalu berada di kandang, karena kuda
di JJ Stable diberikan exercise rutin diluar kandang dan sesekali dibiarkan memakan rumput di
sekitar stable.
Kebersihan kandang dan sanitasi kandang pada kuda sangat penting. Penggantian
serbuk gergaji sebagai alas dilakukan secara rutin. Pembersihan kencing dan kotoran kuda juga
harus dilakukan setiap 2 kali sehari agar kebersihan tetap terjaga. Tempat makan dan minum
juga harus dibersihkan secara berkala agar tidak ada bakteri dan penyakit yang tumbuh di sana.
Potong kuku juga dilakukan sebulan sekali. Sedangkan untuk kuda pacu pemotongan kuku
dilakukan 2 minggu sekali dan ganti sepatu. Penyuntikan vitamin ADE juga sangan penting
pada kuda.